Matematika, Bakat atau Keterampilan?

Minggu, 05 Desember 2010

advertisement
Tulisan ini kukopi dari blogku (http://habib-math.blogspot.com) karena terlalu bagus, haha. Karena orang lebih malas ke blog ketimbang ke facebook. Mudah-mudahan membantu teman2 baik yang di jurusan matematika maupun tidak..

Matematika sebagai ibu dari ilmu lainnya punya posisi yang menentukan dalam membentuk pola pikir logis rasional terstruktur dan terarah. Dimana hal tersebut sangat penting untuk problem solving. Karena itu tak heran jika seorang anak yang menguasai matematika dengan baik punya nilai yang juga baik di mata pelajaran lainnya.


Apakah matematika bakat? Dalam artian sempit jawabannya ya. Tapi berita gembiranya adalah matematika juga bisa merupakan keterampilan yang bisa dikembangkan. Ada 2 alasan saya berkata demikian:
Seseorang berubah dari biasa-biasa saja (atau tidak suka mungkin) terhadap pelajaran matematika menjadi suka bahkan bisa dibilang jago matematika di depan saya.

Saya sendiri, yang sejak awal menyukai matematika, menemukan bahwa saya tidak lantas begitu saja menyukai matematika, namun ada hal-hal dan faktor-faktor yang bisa membuat saya demikian dalam menyukainya. dan itulah yang akan saya uraikan.

Nah, jadi dalam posting ini saya akan membahas dua poin tersebut. Yang pertama teman saya itu. Jika Anda tidak menyukai matematika (setidaknya itu menurut Anda), benci matematika, tidak berbakat, maka saya nyatakan bahwa itu tidak selamanya benar. Awalnya teman saya yang masih bersekolah di pesantren ini tidak pernah terpikir akan menyukai matematika. Jika sudah waktunya pelajaran matematika, suasana kelas pun terasa seperti kamar tidur. Dia baru menyentuh dan belajar habis-habisan saat tiba waktunya UAN. Sampai saat itu pun matematika belum menyatu dengannya.

Setelah tamat dari pesantren, dia melanjutkan sekolah ke MAN (disini kami bertemu, dan menjadi salah satu teman akrabku). Ketika kelas 1 bisa dibilang dia biasa-biasa saja terhadap matematika. Tapi saat kelas 2 dia mulai menampakkan diri. Setelah kutanya-tanya, ternyata dia mempunyai TEKAD (kata tekad dipilih karena lebih kuat dari kemauan), dengan tekad itu kemudian dia belajar dan berusaha mengerti dan menjadi bagian dari matematika. Disini faktor kedua berperan, PIKIRAN POSITIF. Seorang yang berkata "Berapa kali pun aku mencoba, aku tetap gagal!" saya jamin dia benar! Apapun yang Anda katakan tentang diri Anda, apapun yang Anda anggap atau asumsikan terhadap diri Anda adalah benar (untuk Anda). Begitu juga jika Anda percaya diri dan yakin pasti akan bisa. Jadi tirulah teman saya ini..

Poin kedua yang akan kita bahas adalah saya (mungkin akan kelihatan sedikit menyombongkan diri, tapi sebenarnya saya berusaha menghindarinya). Saya bisa matematika (salah satu bentuk optimisme dan percaya diri), saya rasa karena saya SUKA (dan juga karena takdir, tapi ingat takdir bisa dipilih). Suka tidak terjadi begitu saja, proses suka ada yang memakan waktu dan proses rumit yang panjang ada juga yang cepat dan simpel. Pengaruh lingkungan sangat berperan disini, ada beberapa memori saya tentang kejadian yang saya anggap merupakan sebab-sebab utama saya menyukai matematika
  1. Waktu TK saya bertanya pada bibi yang mengasuh saya tentang tambah-tambah dan kurang-kurang (mungkin karena sudah diiming-imingi bahwa di sekolah itu sangat enak maka saya tertarik untuk bertanya lebih jauh), maka bibi saya mengajari saya dan mengilustrasikan 1 + 2 = 3 dengan balok-balok lego jaman dulu yang di kumpulkan dan dihitung kembali jumlahnya. Tentu saja saat itu saya sudah bisa berhitung samapi 10. Lalu besok-besoknya karena sudah mengerti benar tambah kurang, saya penasaran dan bertanya tentang kali dan bagi (ini hanya iseng-iseng, bukan karena suka matematika) lalu bibi saya menjelaskan dengan luarbiasa dengan balok-balok lagi, bahwa 2 x 3 adalah dengan mengumpulkan 2 balok sampai tiga kali lalu dihitung jumlahnya. Luarbiasa, saat itu saya paham konsep kali dan bagi, tentu saja dengan angka dibawah 10 karena saat itu saya hanya tahu itu.......... Saya MENIKMATI semua proses pembelajaran matematika. Saya kagum ketika baru belajar oh ternyata begitu prinsip penambahan digit pada puluhan ratusan, ribuan, sehingga tak perlu diajari pun saya sudah bisa tahu sampai sejuta semilyar, trilyun. Banyak anak-anak sekarang yang hapal tabel perkalian tapi tak mengerti maksudnya. Contoh: dia tahu bahwa 4 x 5 = 20, tapi dia masih menghitung jari ketika ditanya berapa jumlah kaki dari 5 ekor sapi yang kakinya 4. Dalam hal ini saya menyalahkan guru zaman sekarang yang sudah tidak lebih pintar dari bibi saya.
  2. Saya pernah secara tak sengaja mendapat nilai tertinggi dikelas bersama seorang teman saya yang sudah menjadi rangking 1 sejak kelas 1. Saya dapat nilai 8, sementara yang lain dapat 4 5 2. Saat itu saya kelas tiga dan mengerjakan 5 soal yang salah satu soalnya, "tanggal berapakah 100 hari lagi?" Disitu saya dipuji habis-habisan oleh guru saya (Terima kasih bu Ernis). Anda bisa bayangkan saat itu kuping saya memanjang badan saya terasa sangat ringan hingga saya terbang, saya berada diatas awan padahal hasil itu saya dapat karena bekerja sama dengan si juara 1 tadi dan berusaha cukup GIGIH mengerjakan soal (kalau cuma sekedar gigih siapapun termasuk Anda pasti bisa, jadi lakukanlah)
  3. Saya terbiasa main lego atau balok-balok, ini benar-benar permainan mengasah otak. dan saya suka bercanda dengan logika, tanpa sengaja bercanda saya sudah menggunakan silogisme, falacy dan ilmu LOGIKA lainnya, sebaiknya anda mempelajarinya.
  4. Saya punya anggapan hampir semua ilmu adalah kesepakatan pembuatan sistematika ilmunya, jadi tugas kita hanya mempelajari kesepakatan-kesepakatan simbol dan aturan yang mereka buat. Dan saya punya anggapan, Semua ilmu yang sedang kita pelajari sudah ditemukan oleh orang lain melalui penelitian mereka sekian waktu lamanya, sedang tugas kita hanya mempelajarinya (bukan menemukannya lagi), apa susahnya?
  5. Jika semua sudah OK. Ada satu pengaruh penting lagi, yang paling kuat. YAKIN DIRI, ini lebih dari percaya diri, saat saya sudah diteriaki orang dan diakui sebagai jago matematika saya bisa menerima diri saya, dan yakin sepenuhnya kalau saya jago matematika, dengan adanya pengakuan dalam diri ini, ketika saya bertemu matematika walaupun susah walau bagaimana pun akan mudah masuk karena saya pikir memang begitu. Ini menjadi VICIOUS CIRCLE (tapi dalam hal ini lingkaran malaikat bukan setan) Semakin saya jago makin saya yakin, makin saya yakin makin saya jago. Sehingga yang perlu Anda lakukan adalah membuat orang lain memuji Anda habis-habisan dalam suatu kesempatan sampai Anda pun tak percaya kalau ternyata Anda sehebat itu.
  6. Doa oleh teman-teman saya, setiap saya bertemu teman, mereka sudah mencap saya jago matematika, keyakinan mereka dan cap mereka itu adalah doa. Saya tidak mengartikan doa hanya sebatas menengadahkan tangan saja, doa lebih dari itu, tatapan mata Anda pun doa. Contoh: Ketika Anda melihat seorang anak yang menurut Anda bandel karena ada satu kejadian yang membekas di ingatan Anda waktu bertemu dengannya dulu, Anda akan langsung memvonis anak itu anak bandel dalam hati, dan Anda akan melihatnya dengan tatapan benci dan kesal ketika melihat anak itu. Lalu? anak itu akan melakukan sesuatu sesuai doa Anda, dia menjadi bandel (walaupun hanya pada Anda). Jadi buatlah orang lain mendoakan Anda

ikuti saya di twitter HabibThink
 

Tulisan Populer

BERLANGGANAN VIA EMAIL

Selalu ketinggalan tulisan terbaru kami? Tinggalkan saja alamat emailmu! Jadi kami bisa memberi kabar tiap kali sebuah tulisan baru terbit.