Salahkah Guru Matematika? Ya

Minggu, 02 Desember 2012

advertisement
apa salah guru matematika jika mereka terasa sangat membosankan
Teman-teman abang banyak yang mengeluh. Kenapa sih matematika itu sulit? Kenapa sih kita harus belajar matematika? Lha abang tanya balik, siapa suruh masuk jurusan matematika, kan situ yang milih jurusan matematika, walaupun cuma di pilihan kedua.

Sampai sekarang masih terlalu banyak siswa, anak-anak, remaja, mahasiswa, dan orang dewasa yang tidak menyukai matematika atau menganggap matematika sulit. Beberapa orang pesimis dan mengatakan bahwa matematika memang bukan bakat semua orang. Beberapa lagi optimis matematika pasti menyenangkan jika diajarkan dengan cara yang cocok. Berkali-kali orang berusaha meyakinkan bahwa matematika itu mudah dan menyenangkan, sejalan dengan usaha gagal mereka makin banyak yang percaya bahwa matematika punya dunia sendiri. Tulisan ini dibuat untuk meyakinkan kembali pembaca bahwa matematika masih mungkin dinikmati bagi mereka yang sekarang berpikir, “Matematika mungkin tidak begitu menyenangkan, tapi karena posisiku sekarang aku harus berusaha menyukainya.” Atau berpikir, “Aku tahu matematika itu sulit tapi aku penasaran dan sangat ingin menguasainya. Andai saja aku ketemu guru yang tepat.


Kesalahan Guru
Banyak siswa yang tadinya menyukai matematika atau fisika di bangku SMP berubah menjadi tidak suka karena pengaruh guru yang tidak pandai mengajar. Banyak juga yang berubah menyukai setelah benci juga karena gurunya. Abang sebagai salah satu mahasiswa pendidikan matematika di PTN bisa mengatakan bahwa ada begitu banyak kebobrokan calon guru disini, itu semua juga dipengaruhi oleh buruknya kualitas dosen yang ada. (Abang rasa gelar tak lagi menjamin kredibilitas keilmuan seseorang zaman sekarang ini, gelar yang dimiliki dosen-dosen kita bisa dibeli)

Guru lah yang bertanggung jawab penuh atas ketidaksukaan (bukan ketidakmampuan) seorang siswa pada matematika. Yang saya lihat, sering kali zaman sekarang guru sendiri tidak menguasai materi dengan baik (saya disini melihat banyak calon guru yang tidak mengerti FPB dan KPK). Ini masih belum apa-apa, yang parahnya lagi, saat mengajar guru tersebut bukannya mengaku tidak tahu dan belajar lagi, tapi gengsi.

Dengan gengsinya ia memutar-mutar kata, mengalih-alihkan masalah dan melompat-lompat materi (inilah yang membuat siswa bingung). Saran abang buat siswa yang bertemu guru seperti ini, langsung saja vonis guru itu tidak tahu, belajarlah sendiri, jangan dengarkan ia jika sudah mengerti kalau tak ingin bingung kembali.

Dengan gengsinya ia mengarang bebas (dosen abang juga ada yang begini). Siswa yang pintar mungkin bisa langsung menyalahkannya dalam hati. Siswa yang biasa saja akan ikut tersesat oleh rumus sesatnya.

Dengan gengsinya, ia keluar kelas, dan memberi tugas dan PR. Sehingga ia tak perlu mengajarkan ilmu yang ia tidak tahu. Yang ini masih mending daripada yang mengarang bebas dia tidak mau menyesatkan. Tapi tanpa tuntunan matematika kadang bisa menjadi sangat membingungkan. Sehingga hanya yang pintar yang mungkin mengerti, yang lain buram.

Begitulah cara-cara guru yang bodoh menyesatkan siswanya.

Materi non-Mandiri
Oh iya abang jadi teringat, zaman sekarang digalakkan kembali cara belajar yang berorientasi pada keaktifan siswa. Jika biasanya guru memberi 90% ilmu murid 10% maka sekarang guru cuma 75% murid 25%. Ada juga yang sampai 50%-50%. Di perguruan tinggi meningkat lagi hingga 30%-70% bahkan sampai 10%-90%. Ini cara belajar modern yang kuanggap bodoh (setidaknya untuk materi matematika, atau mungkin cara belajar yang disalahartikan dan disalahgunakan oleh guru). Apa gunanya guru jika dia tidak memberikan ilmunya. Abang sendiri lebih suka gagasan guru yang memberi seluruh ilmunya seperti cara muslim belajar di zaman Nabi yang duduk di dalam majlis mendengarkan seluruh ceramah gurunya. Metode ceramah sekarang dianggap terlalu kuno karena banyak metode baru yang lebih modern. Tapi kebanyakan guru bukannya menyesuaikan metode dengan materi, tapi malah mencoba semua metode baru dan meninggalkan metode ceramah seperti seorang anak kecil yang disuguhi begitu pilihan krayon warna. Semua dicobanya, semua diwarnainya, tanpa peduli apakah warna merah cocok untuk laut atau tidak.

Guru yang masih kemaruk metode begini (biasanya guru yang baru tamat S1 atau S2), akan meninggalkan metode ceramah. Padahal matematika adalah pelajaran yang akan menyimpang kemana-mana tanpa tuntunan langsung gurunya, apalagi jika materinya baru. Ada dosen abang yang suka sekali menggunakan metode diskusi kelompok, membuat makalah dan siswa maju menjelaskan menggantikan gurunya, sementara gurunya hanya mengomentari benar salahnya. Dipikirnya matematika ini ilmu sosial yang didiskusikan dan dibuat makalahnya. Tidak Pak! Matematika bukan ilmu seperti itu. Matematika itu eksak, kadang abstrak. Jadi butuh anda sebagai penunjuk jalannya. Bayangkan saja jika kalian disuruh masuk ke tempat baru misalnya gua yang gelap  tanpa penuntun, tentu kalian akan tertabrak disana sini sebelum akhirnya menemukan ujung gua dalam waktu yang sangat lama. Maka waktu itu kalian butuh guide, penuntun (yaitu si guru tadi) yang sudah pernah kesana, dan tahu jalan, sehingga kalian tak perlu bertahun-tahun lagi mengerti materi itu, tapi hanya sekejap saja. Satu jam pelajaran.


Kurikulum yang Terlalu Banyak
Tadi sudah kita singgung masih ada orang yang beranggapan matematika bukan untuk semua orang. Sebenarnya matematika bisa dimengerti semua orang tapi tidak semua materi. Kalau teman-teman membandingkan dengna kurikulum di luar negeri, teman-teman akan tahu bahwa materi matematika kita terlalu banyak. Sehingga tidak semua materi itu bisa dimengerti semua orang.

Guru yang baik (saya pernah ketemu guru seperti ini) paham bahwa dia tidak akan memaksa siswanya untuk menguasai pada materi-materi tertentu. Dia hanya mengajar untuk setidaknya supaya anak tersebut bisa lulus UN. Jika memang ada anak pintar yang bisa menguasainya itu adalah anugerah. Bisa kita bilang materi ini adalah materi sunnah bukan wajib. Jadi bagi teman-teman siswa yang merasa tidak mengerti di satu materi jangan langsung vonis semua matematika itu rumit. Mungkin itu hanya satu dari cabang matematika yang tidak kamu sukai, kamu mungkin menyukai yang lain.
 

Tulisan Populer

BERLANGGANAN VIA EMAIL

Selalu ketinggalan tulisan terbaru kami? Tinggalkan saja alamat emailmu! Jadi kami bisa memberi kabar tiap kali sebuah tulisan baru terbit.