advertisement
Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 260 Allah telah berfirman:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.”
Hari ini adalah pertemuan pertama di semester dua. Seisi kelas agak heran dengan guru yang baru masuk. Sepertinya beliau salah jadwal.
“Interupsi Pak! Jam pelajaran pertama ini kami dijadwalkan belajar matematika bukan sejarah kebudayaan islam.” Seorang murid tidak sabar untuk memberitahu pendapatnya. Beberapa murid tampak berusaha menahan tawanya tapi mereka tidak tahan.
“Iya bapak tahu,” jawab pak guru itu dengan tenang seolah tidak ada yang salah, “Boleh bapak lanjutkan bercerita?” Murid-murid yang tadi tertawa kembali terdiam. Mereka bingung dan pak guru pun melanjutkan ceritanya.
Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu (bahwa yang demikian itu dapat dengan mudah Aku lakukan)?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakininya, akan tetapi (tak bisakah aku melihat buktinya) agar hatiku lebih mantap (dengan imanku ini).” Allah berfirman: “(Kalau begitu) ambillah empat ekor burung lalu cincanglah.”
“Kapan kami belajar matematikanya pak?” Murid yang duduk di sebelah yang pertama protes tadi berdiri dan memotong penjelasan gurunya tanpa merasa bersalah. Dari wajahnya bisa terlihat kalau dia sangat tidak sabar untuk belajar matematika tapi gurunya menjawab, “Sabar, karena sekarang saya ingin memastikan terlebih dahulu apakah kalian sudah mengerti benar apa yang saya ceritakan. Jika saya boleh lanjutkan bercerita, kemudian Ibrahim mencincang masing-masing burung itu menjadi empat bagian.” Pak Guru itu melanjutkan ceritanya tanpa mempedulikan si pecinta matematika tadi.
Allah berfirman: “Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari potongan burung-burung itu. Setelah itu panggillah mereka, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Sebenarnya ada satu murid lagi yang mau menyela tapi Pak Guru itu keburu membacakan Al-Baqarah ayat 260, saat itu semua murid diam mendengarkan.
Segera setelah ayat itu selesai dibacakan murid tadi pun segera mengacungkan tangan dan Pak Guru pun mempersilakan ia bertanya. “Apa ayat dan semua cerita ini ada hubungannya dengan apa yang akan kita pelajari Pak? Kapan kita mulai belajar?”
Sekarang sorot mata Pak Guru itu berubah jadi sangat tajam. Wajahnya yang sebelumnya memancarkan aura yang sangat tenang mendadak berubah jadi sangat menegangkan. Dengan langkah cepat Pak Guru itu bergerak ke tengah kelas dan mulai bicara. “Sebenarnya saya senang kalian sangat bersemangat ingin belajar matematika,” ada jeda sebentar sebelum ia melanjutkan, “TAPI NIAT KALIAN SALAH!”
“Yang pertama tadi ingin belajar matematika karena mengikuti apa yang dijadwalkan sekolah.”
“Kalau seperti ini murid-murid saya hari ini, saya sudah bisa lihat 10 tahun lagi negeri ini akan dipimpin oleh mereka yang lemah dan mudah saja diatur pihak asing. SAYA TIDAK MAU ITU TERJADI!”
“Yang kedua ingin belajar matematika karena ingin pamer.”
“Saya dari gayanya saja saya sudah tahu kalau dia yang paling pintar matematika di kelas ini. Dulu saya juga seperti itu sampai saya tahu kesombongan hanya akan membawa kehidupan saya menuju kehancuran. SAYA JUGA TIDAK MAU MURID SAYA JADI SEPERTI ITU.”
“Yang ketiga ingin belajar karena ingin dunia.”
“Ilmu yang akan saya ajarkan hari ini saya dapat langsung dari kisah Ibrahim yang Allah ceritakan dalam Al-Qur’an dan itu terlalu mulia untuk diajarkan pada mereka yang hanya akan memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan rendahan seperti dunia dan isinya. PERBAIKI NIAT KALIAN!”
Murid-murid itu sekarang tertunduk,
“Jika kalian mau mulai belajar baiklah. Coba kalian perhatikan kisah Nabi Ibrahim tadi. Kira-kira bagaimana cara beliau meletakkan burung-burung itu di tiap bukit? Coba kamu jawab!” beliau menunjuk si pintar matematika tadi.
Dengan terbata-bata murid itu menjawab, “Mungkin beliau meletakkan empat kepala burung di bukit utara, empat kaki di bukit selatan, empat ekor di bukit timur dan empat badan burung di bukit barat pak.”
“Bagaimana menurutmu?” Pak Guru itu beralih pada murid yang pertama memprotes tadi.
“Kalau dalam pikiran saya Nabi Ibrahim meletakkan kepala dan badan di bukit timur dan barat sedangkan kaki dan ekor di bukit utara dan selatan pak.”
“Nah lho! Lihat kan! Satu cerita saja sudah punya dua penafsiran berbeda. Ada lagi yang punya imajinasi berbeda?”
Seorang murid dengan semangat mengacungkan tangannya, “Saya pak! Dalam pikiran saya Nabi Ibrahim meletakan anggota 16 potongan tubuh dari empat burung itu secara acak!”
“Nah dari sini bisa kita lihat, bahwa dalam ayat ini Tuhan ingin kita mempelajari bagaimana cara mengkombinasikan beberapa unsur ke dalam sebuah kelompok tertentu. Dengan ini saya rasa niat belajar kalian sudah lurus. Jika kalian tahu bahwa Tuhanlah yang ingin kalian belajar hari ini, saya yakin kalian tidak akan menggunakan ilmu yang akan kalian dapat hari ini untuk kezhaliman dan kemaksiatan kelak. Baiklah kalau begitu silakan buka bab PERMUTASI DAN KOMBINASI!”
Murid yang baru saja menjawab sekali lagi menyela, “Sebelumnya izinkan saya bertanya pak! Nama bapak siapa?”
“Sebut saja Pak Rafi.”